Tempat Terindah: UNGU (Masih) Tambal Sulam
Album kedua ini ‘maunya’ memang agak mengedepankan unsur roc-nya, meski liriknya tetap simpel dan gampang dicerna. Tidak ada yang salah, selama itu diterima. Tapi inilah repotnya, UNGU menjadi tak tereksplorasi dari sisi lirik.
Oke. Mari kita perhatikan perubahan yang dimaui personilnya. Pasya –vokalisnya– di album ini mengalami peningkatan teknik vokal. Suaranya lebih tebal dan lafalnya makin jelas. Sayangnya, itu tak diimbangi dengan napas yang memadai. Di studio mungkin bisa diakali, tapi kalau tampil live bisa jadi blunder (ini terjadi ketika launch album, napasnya ‘ngos-ngosan’). Apalagi, di album ini beberapa lagu bertempo up-beat. Lagu lambatnya pun (ternyata) harus diambil dengan nada-nada tinggi. Single Karena Dia Kamu bisa jadi acuan. Di tembang Rasa Sayang, kalau tidak hati-hati, bisa out of pitch gara-gara keteteran napasnya. Tapi TEMBANG.com menjagokan ini sebagai single kedua (selain Dia dan Dirimu).
Entah mengapa Tempat Terindah jadi titel album, pasalnya lagunya sendiri punya prolog musik yang ‘agak-agak Malaysia’. Benar vokal Pasha makin matang, tapi kemudian cengkok khasnya seperti di lagu Bayang Semu hilang. Sengaja? Entahlah.
Beruntunglah Enda punya tandem Onci. Enda yang "ragu-ragu" di album pertama, kini tampil lebih lepas. Apakah karena Onci ‘ngomporin’ untuk main lebih bebas? Tidak tahu, tapi di album ini –serta melihat aksi livenya– Enda harus tidak lagi jadi kepompong. Sudah jadi kupu-kupulah. Onci sendiri punya andil memberi pengaruh di album ini. Meski dia harus kompromi soal lirik dan warna musik, tapi kocokan gitarnya (meski tak segarang ketika di Funky Kopral), adalah salah satu yang membuat album ini sedikit berbeda. Teknik bending string-nya asik. Meski secara skill, Onci perlu jam terbang yang lebih tinggi. Beberapa lagu adalah ciptaan Onci seperti Karena Dia Kamu, Mengertilah, Cinta:Cintaku.
Rowman makin bertenaga gebukannya. Simak saja di dua tembang awal Antara Kita dan Karena Dia Kamu. Aksi panggungnya juga makin gahar. Sayangnya, kadang-kadang di panggung Rowman out of control (apakah saking semangat nggebuk?).
Makki Parikesit notabene adalah personil paling senior di band ini. Tapi kok malah cabikan basnya kehilangan soul? Ada persoalan apa mas? Mana tapping-mu yang ciamik itu? Hait-hati kalau di panggung masih seperti itu.
Secara umum, UNGU memang banyak berbenah di album kedua ini. Mereka juga sudah mulai "berdandan" (ada yang menuding mereka masuk ke glam-rock?). Sah-sah saja. Mau jungkir balik di panggung juga boleh, tapi yang penting mereka harus buktikan tak selalu jadi ‘kelas 2′ lagi. Lirik yang simpel dan tema yang umum, tak lalu jadi "kacangan". Untuk kuping awam sekalipun, lagu-lagu di album ini tak sulit.
0 komentar:
Posting Komentar